Setelah mengalami kedukaan, karena dua orang yang amat dicintai dan dihormati telah meninggal dunia, Allah ingin menghibur dan memuliakan Nabi Muahammad SAW, Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menjemput Nabi Muhammad untuk menghadap-Nya. Peristiwa ini terjadi setelah sebelas tahun Muhammad menjadi Nabi.
Setelah berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW, Malaikat Jibril membaringkan Nabi Muahmmad. Dada Nabi Muhammad dibelah, kemudian dikeluarkan semua sifat-sifat buruk dan menggantikannya dengan sifat-sifat baik ke dalam dada Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril menaiki Buraq, yaitu kendaraan yang sangat cepat. Perjalanan mereka pertama yaitu menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Selama perjalanan mereka singgah di lima tempat yaitu:
1. Kota Yastrib, sekarang disebut Madinah Al-Munawarah
2. Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa ketika dikejar tentara Fir’aun.
3. Thur Sina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat.
4. Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa AS
5. Masjidil Al-Aqsa di Palestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut. Palestina merupakan tempat suci ketiga setelah Makkah dan Madinah.
Pada tiap persinggahan, Nabi Muhammad selalu melakukan Shalat sebanyak dua rakaat. Sesampainya di Masjidil Al-Aqsa, Nabi Muhammad disuguhi dua buah gelas yang masing-masing berisi susu dan arak.
Nabi Muhammad mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat padanya karena beliau telah memilih yang baik bagi dirinya dan ummatnya.
Setelah menjadi Imam, Rasulullah diangkat ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT bersama Malaikat Jibril.
Dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril singgah ditujuh lapis langit yaitu:
1. Langit pertama bertemu dengan Nabi Adam As
2. Langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya dan nabi Ishaq AS
3. Langit ketiga bertemu dengan nabi Yusuf As
4. langit keempat bertemu dengan nabi Idris As
5. Langit kelima bertemu dengan Nabi Harun As
6. Langit keenam bertemu dengan Nabi Musa As
7. Langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim As
Setelah melewati ketujuh lapis langit tersebut Nabi Muhammad diajak ke Baitul Makmur, tempat Malaikat malaksanakan Thawaf. Kemudian Nabi Muhammad naik menuju Sidratul Muntaha dan dalam perjalanan ini malaikat Jibril tidak ikut serta.
Kemudian Rasulullah bertemu dengan Allah SWT, dalam pertemuan tersebut Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu.
Ketika hendak turun Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa As, dan beliau bercerita tentang perintah shalat yang diterimanya, dari Allah SWT. Mendengar cerita tersebut Nabi Musa menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah kembali guna meminta keterangan. Nabi Muhammad SAW berulangkali menghadap Allah untuk memberikan keringanan, akhirnya Allah memberikan keringanan perintah Shalat kepada Nabi Muhammad menjadi 5 waktu untuk setiap harinya. Allah menjanjikan pahala yang sama bagi umat Nabi Muhammad seperti melaksanakan Shalat sebanyak 50 waktu setelah peristiwa itu Nabi Muhammad dikembalikan ke Makkah. Pagi harinya Nabi Muhammad SAW berniat menceritakan tersebut kepada kaum Quraisy. Nabi Muhammad bertemu dengan Abu Jahal dan meminta Abu Jahal untuk mengumpulkan kaum Quraisy. Kesempatan itu tidak disia-siakan untuk menyakinkan kaum Quraisy tentang kebohongan Nabi Muhammad SAW. Abu Jahal menyeru kaum Quraisy untuk berkumpul. Setelah kaum Quraisy berkumpul Nabi Muhammad menceritakan segala kejadian yang dialaminya dalam Isra’ Mi’raj. Ceramah Nabi Muhammad tersebut disambut dengan ejekan dan cemoohan, serta Abu Jahal menghasut kaum Quraisy untuk tidak mengikuti ajaran Nabi Muhammad yang penuh dengan kebohongan. Kemudian mereka menemui Abu Bakar dan menceritakan apa yang mereka dengar Nabi Muhammad. Mereka bertanya kepada Abu Bakar “Apakah Abu Bakar mempercayainya?” dengan tegas Abu Bakar menyatakan “ bahwa dia menyakini apa yang telah diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW”. Kemudian Nabi Muhammad memberikan Gelar Assidik kepada Abu Bakar hingga menjadi Abu Bakar Assidiq.
TANTANGAN MASYARAKAT MAKKAH
Nabi Muhammad dalam menerima wahyu dan mengalami suatu peristiwa tidak pernah dirahasiakannya, begitu pula peristiwa Isra Mi’raj. Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad dalam waktu yang singkat telah tersiar keseluruh kota Makkah, ejekan dan cemoohan sering diterima Nabi Muhammad mengenai peristiwa yang dialaminya. Sebagai contoh, waktu Nabi Muhammad duduk di Masjidil Haram dan bertemu dengna Abu Jahal, Abu Jahal duduk di samping Nabi Muhammad SAW, serta berkata dengan dada mengejek “apa kabar pagi ini Muhammad ? Adakah sesuatu yang engkau anggap penting yang engkau terima dari Tuhanmu ?, “Nabi Muhammad menjawab “Ya tadi malam aku telah diisrakan” Abu Jahal bertanya “Keman” Nabi menjawab “ke Baitul Maqdis”. Kata Abu Jahal “kemudian pagi ini engkau telah ada disini?” Nabi Muhammad : “ya”. Mendengar jawaban itu, Abu Jahal tertawa dan mengejek serta berkata, beranikah engkau menceritakan perkataanmu itu kepada penduduk Makkah ? saya akan mengumpulkan mereka di sini, lalu sampaikan perkataanmu itu kepada mereka ! Nabi menjawab “baiklah saya akan menerangkan kepada mereka peristiwa ini”. Setelah penduduk Makkah berkumpul di Masidil Haram, kemudian Nabi menceritakan peristiwa Isra Mi’raj itu dari awal sampai akhir, tidak ada sedikitpun yang terlewat, kejadian ini menyebabkan mereka yang sudah masuk Islam, berbalik menjadi murtad. Tetapi bagi umat Islam yang kuat imannya tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu sebab mereka telah yakin tentang kebenaran Nabi Muhammad. Lain halnya dengan Abu Bakar, ia mempunyai sikap yang berbeda dengan yang alin. Setelah didatangi oleh orang-orang yang masih sangsi dengan peristiwa Isra dan Mi’raj ia mendatangi Nabi Muhammad SAW dan meminta penjelasannya kepadanya peristiwa yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW langsung diterimanya, oleh sebab itu Nabi Muhammad memanggilnya dengan sebutan Ashiddiq.
TAMSIL ISRA MI’RAJ
a. Tamsil dalam Isra
- Nabi Muhammad SAW melihat orang memotong padi (panen) terus-menerus, beliau bertanya kepada Jibril: “siapakah Mereka itu?”.
Jibril menjawab : “mereka itu ibaratmu yang gemar memetik pahalanya dari Allah SWT”.
- Melihat orang yang terus-menerus memukul kepalanya Nabi Muhammad bertanya: “siapakan mereka itu ya Jibril?”
Dijawabnya: “mereka itu ibarat umatmu yang enggan bershalat, yang kelak sangat menyesal dengan memukuli kepalanya sendiri terus-menerus sekalipun terasa sakit olehnya”.
- Melihat sebuah kuburan yang sangat harum baunya, Nabi bertanya: “apakah itu ya Jibril?” dijawabnya: “itu kuburan Siti Mashitah dan anaknya. Dia mati disiksa dengan digodok oleh raja Fir’aun, karena ia mempertahankan imannya kepada Allah SWT, sewaktu dipaksa supaya menyembah berhala.”
- Melihat orang yang dihadapannya ada dua macam hidangan, sebelah kanannya makanan lezat dan sebelah kirinya makanan busuk, orang itu dengan lahapnya memilih makanan busuk. Nabi bertanya: “ya Jibril siapakah mereka itu ?” Jibril menjawab: “Ya Rasulullah, itu ibarat ummatmu yang suka membiarkan nafsunya memilih pekerjaan yang buruk dan dosa daripada beramal yang baik dan berpahala”.
b. Tamsil Dalam Mi’raj
- Nabi Muhammad SAW melihat orang yang gagah perkasa, orang itu menengok dan melihat ke kirinya merasa sedih dan menangis tersedu-sedu, tetapi bila menengok dan melihat kekanannya dia berseri-seri gembira dan tersenyum-senyum. Nabi bertanya: “Siapakah orang itu yan Jibril ?” jawab Jibril: “Ya Rasulullah, dia itu bapakmu yang pertama yaitu Nabi adam As. Bila beliau melihat ke kiri sedih, karena melihat anak-cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa. Sebaliknya, bila menengok ke kanan merasa gembira, karena melihat anak-cucunya didunia yang berbuat baik dan beramal Shaleh”.
HIKMAH ISRA MI’RAJ
Isra Mi’raj mempunyai hikmah diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Menghilangkan perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi Muhammad SAW yang disebabkan oleh meninggalnya pembelanya yang utama yaitu, pamanya Abu Thalib dan Istrinya Khadijah. Allah SWT ingin menyakinkan utusanNya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang dibawanya tidak akan dapat dikalahkan oleh apapun dan siapapun.
b. Allah hendak memperlihatkan kemaha Kuasaan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW agar ia tetap yakin, bahwa Allah akan tetap menolongnya dalam menghadapi musuh-musuh yang menghalangi dan membendung penyiaran agama Islam.
c. Allah mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad SAW dengan para Nabi dan Rasul terdahulu, agar dapat menambah semangat dan keyakinannya.
d. Allah memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW bekas-bekas kejayaan bangsa-bangsa terdahulu yang hansur luluh karena kedurhakaan kepada Allah dan RasulNya.
e. Menguji para pengikut Nabi, apakah mereka itu akan tetap beriman kepada agama yang selama ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan pikiran mereka belum dapat mengerti dan memahami kejadian tersebut.
f. Nabi Muhammad SAW dapat bertemu dengan hadirat Allah SWT
g. Allah menyampaikan perintah melakukan shalat kepada Nabi dan Umatnya.
TAFSIR – SAINS ISRA MI’RAJ:
Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian. Artinya 11 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi seorang Rasul. Jika Muhammad menjadi Nabi pada usia 40 tahun, berarti peristiwa Isra’ Mi’raj itu terjadi pada saat Muhammad berusia kira-kira 51 tahun.
Peristiwa Isra wal Mi’raj benar2 ada. Secara naqli, sumbernya jelas al-Qur’an surat Al-Isra, surat Al-Najm dan Hadits2 Rasul SAW juga banyak,
Surat Al-Isra’ ayat ke-1 adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya847 agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
1. Subhana = diartikan Maha Suci. Tetapi yg pas bisa kita pakai arti Maha Penggerak atau Maha Dinamis. Subhana bisa juga berasal dari kata ‘sabaha‘ artinya berenang. Mashdar lainnya adalah Tasbih, yang berarti gerak yang dinamis. Hakekat dari seluruh materi di alam semesta ini adalah bergerak, ber-rotasi dan ber-revolusi. Salah tiga dari materi alam semesta adalah Matahari, Bumi dan Rembulan. Rembulan atau Bulan ber-rotasi dan ber-revolusi kepada Bumi. Bumi ber-rotasi dan ber-revolusi kepada Matahari. Matahari ber-rotasi dan ber-revolusi kepada pusat Bimasakti. Dan begitu seterusnya…
Jadi peristiwa Isra’ wal Mi’raj adalah fenomena pergerakan dan sangat dinamis, bukan sekedar aktifitas statis.
2. Asra = memperjalankan. Kata ini bentuk transitif (muta’addiy) dari kata saraa = berjalan. Di sini jelas bahwa Alloh Yang Maha Dinamis yang menentukan gerak dan diamnya, atau berjalan dan berhentinya hamba-Nya yakni Rasulullah SAW.
Surat Al-Isra’ ayat ke-1 adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya847 agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
1. Subhana = diartikan Maha Suci. Tetapi yg pas bisa kita pakai arti Maha Penggerak atau Maha Dinamis. Subhana bisa juga berasal dari kata ‘sabaha‘ artinya berenang. Mashdar lainnya adalah Tasbih, yang berarti gerak yang dinamis. Hakekat dari seluruh materi di alam semesta ini adalah bergerak, ber-rotasi dan ber-revolusi. Salah tiga dari materi alam semesta adalah Matahari, Bumi dan Rembulan. Rembulan atau Bulan ber-rotasi dan ber-revolusi kepada Bumi. Bumi ber-rotasi dan ber-revolusi kepada Matahari. Matahari ber-rotasi dan ber-revolusi kepada pusat Bimasakti. Dan begitu seterusnya…
Jadi peristiwa Isra’ wal Mi’raj adalah fenomena pergerakan dan sangat dinamis, bukan sekedar aktifitas statis.
2. Asra = memperjalankan. Kata ini bentuk transitif (muta’addiy) dari kata saraa = berjalan. Di sini jelas bahwa Alloh Yang Maha Dinamis yang menentukan gerak dan diamnya, atau berjalan dan berhentinya hamba-Nya yakni Rasulullah SAW.
Jadi peristiwa Isr’a wal Mi’raj merupakan kehendak aktif Alloh SWT.
Berapa jauhnya perjalanan?
Secara manusiawi, jarak tempuh Isra’ adalah :
Mekkah – Palestina, sekitar 1.200 km. Selanjutnya, perjalanan Mi’raj seperti dijelaskan dalam surat An-Najm yang terbagi dalam dua tahap:
Secara manusiawi, jarak tempuh Isra’ adalah :
Mekkah – Palestina, sekitar 1.200 km. Selanjutnya, perjalanan Mi’raj seperti dijelaskan dalam surat An-Najm yang terbagi dalam dua tahap:
tahap 1:Gelombang ke Partikel
Ayat 1-11 surat An-Najm, menjelaskan perihal transfer dimensi dari Jibril kepada Rasululloh SAW yakni transfer dimensi cahaya kepada dimensi suara.
Tahap 2: Partikel ke Gelombang
Selanjutnya ayat ke 12 – 17 surat An-Najm, adalah menjabarkan praktikum Rasululloh SAW untuk melakukan transfer balik dari dimensi suara atau partikel menuju ke dimensi cahaya atau ‘gelombang elektromagnetik’.
Dan perjalanan saat itu tidak mengenal lagi hukum fisika. Dimensi waktu telah terlampuai. Jangkauan Rasululloh SAW seperti dikupas Pak Agus Musthofa dalam buku2nya, pandangan Rasululloh mampu mencakup semua dimensi di bawah layer malaikat.
Selanjutnya ayat ke 12 – 17 surat An-Najm, adalah menjabarkan praktikum Rasululloh SAW untuk melakukan transfer balik dari dimensi suara atau partikel menuju ke dimensi cahaya atau ‘gelombang elektromagnetik’.
Dan perjalanan saat itu tidak mengenal lagi hukum fisika. Dimensi waktu telah terlampuai. Jangkauan Rasululloh SAW seperti dikupas Pak Agus Musthofa dalam buku2nya, pandangan Rasululloh mampu mencakup semua dimensi di bawah layer malaikat.
Kalau Mi’raj, maka secara masnusiawi Rasul SAW akan lepas dari Bumi. Dan lebar Bumi sekitar 12.700 km;
Lalu, kita manusia akan membayangkan, Rasul SAW lepas dari Tata Surya kita. Dan lebarnya 9 milyar km.
Berikutnya lepas Tata Surya masih harus lepas dari Galaksi kita yang panjangnya;
Selengkapnya Tour de universe ada di [ Cosmic Distance Scales ]
3. ‘Abdihi = hamba-Nya. Hamba adalah lemah, hamba adalah tidak berdaya. Di sini jelas, bahwa isra’ wal Mi’raj itu bukan kemauan Rasulullah SAW, karena beliau sebagai hamba yang hanya bergantung atas kehendak Alloh SWT dalam melakukan perjalannya.
Jadi dalam Isr’a wal Mi’raj, Rasululloh SAW tidak berjalan sendiri, tetapi di’bantu’ Alloh dalam melakukan perjalanan itu.
4. Lailan = Malam hari. Malam adalah simbol kebalikan dari siang. Dua istilah yang sangat erat dengan konsep waktu. Mengapa harus malam.?
Malam memiliki keheningan, malam menyibakkan kegelapan, yang merupakan arah dari pandangan mata yang tidak pernah akan berujung. Dan perjalanan Isra’ wal Mi’raj adalah perjalanan Rasul SAW yang tidak mampu dijejaki ujung finalnya. Alam semesta nan luas.
5. Masjidil Haram-Masjidil Aqsha = Dua starting point yang diberkahi. Dua lokasi yang dipilih Alloh dengan titik koordinat yang terpisah antara batas utara pergerakan tahunan Matahari. Dua lokasi sebagai kiblat pertama dan terakhir. Dan inilah tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. Kalau kita mau berfikir.
Hikmah yg paling utama,
"mari kita jaga sholat yang lima waktu, lebih-lebih sholat shubuh; kalau bisa jamaah di masjid "
Perjalanan Istimewa Isra Mi'raj :
Menyaksikan 10 Azab Bagi Wanita
Senin (21/8), merupakan hari yang bertepatan dengan peristiwa 27 Rajab, hampir 13 abad silam. Sejarah mencatat peristiwa penting dalam kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu perjalanan Isra Mi'raj. Berlangsung dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, serta dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh.
''Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil-Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya (dengan diturunkannya nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya), agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (Surat al-Isra, ayat 1).
Peristiwa tersebut terjadi setahun sebelum hijrahnya Nabi SAW ke Madinah, bertepatan dengan tahun 721 Masehi. Peristiwa ini terjadi di tengah-tengah tekanan dan hinaan yang berat yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabat dari kelompok musyrikin Makkah seperti Abu Jahal dan Abu Lahab.
Isra Mi'raj adalah perjalanan cepat Nabi Muhammad pada malam hari atas takdir dan keinginan Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Baginda kemudian naik ke langit sampai Sidratul Muntaha. Bahkan ke Mustawa dan sampai di bawah Arasy Allah (suatu tempat di mana alam ini diatur) dengan menembus tujuh lapis langit, lalu kembali ke Makkah di malam yang sama. Kisah-kisah dalam peristiwa Isra dan Mi'raj mengandung sesuatu yang sangat menakjubkan, karena perjalanan tersebut tidak sama dengan yang ditempuh manusia biasa. Tapi ini perjalanan istimewa menggunakan kendaraan Allah yang kecepatannya tidak bisa ditandingi oleh apa saja yang diciptakan manusia.
Dalam peristiwa itu Rasulullah SAW diperlihatkan tentang kekuasaan Allah serta balasan yang akan diterima oleh umatnya di akhirat nanti. Firman Allah: ''Dan Nabi Muhammad SAW telah melihat (Jibril dalam bentuk rupanya yang asli) di waktu yang lain yaitu di Sidratul Muntaha. Di dalamnya ada surga yang merupakan tempat tinggal ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan (Nabi Muhammad SAW) tidak berkisar pada menyaksikan dengan jelas (tentang pemandangan yang indah seperti yang diizinkan untuk melihatnya), dan tidak pula melampaui batas. Dan Baginda telah melihat sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah.'' (Surat an-Najm, ayat 13-18).
Wanita beriman
Di antara pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa itu adalah mengenai wanita. Rasulullah SAW melewati satu daerah yang menebar bau yang sangat harum seperti bau kasturi. Lalu Baginda bertanya kepada Jibril, daerah apakah yang sedang mereka lewati.
Jibril menjawab: ''Itulah makam Masyitah, seorang wanita penghulu syurga.'' Dia adalah pengasuh anak Firaun, pemerintah yang kejam di Mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Masyitah memiliki fisik yang lemah, tapi memiliki semangat dan jiwa keislaman yang kuat hingga mampu menepikan keangkuhan Firaun.
Masyitah adalah pelayan raja. Dia adalah seorang rakyat yang masih sadar dan beriman kepada Allah. Tetapi karena kekejaman Firaun, dia dan yang lainnya terpaksa menyembunyikan keimanan mereka. Pada suatu hari, ketika Masyitah menyisir rambut putri Firaun, tiba-tiba sikat itu terjatuh. Dengan tidak sengaja, dia menyebut nama Allah. Ketika sang putri mendengarnya, bertanya kepada Masyitah, siapakah Allah itu. Masyitah pada awalnya enggan menjawab, tetapi setelah didesak berkali-kali, dia akhirnya memberitahukan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Tuhan Sekalian Alam.
Putri itu mengadu hingga menyebabkan Firaun sangat marah mengetahui Masyitah menyembah tuhan selain dirinya. Masyitah dipaksa Firaun agar mengakui dirinya (Firaun) sebagai Tuhan, tetapi dengan penuh keberanian dia berkata: "Tuhan aku dan Tuhan kamu adalah Allah." Kata-kata tersebut menimbulkan kemarahan Firaun. Lalu dia memerintahkan menterinya, Hammam, agar membuat patung sapi dari tembaga dan diisi minyak untuk merebus Masyitah dan keluarganya.
Ketika tiba giliran bayinya yang akan dimasukkan ke dalam patung sapi, Masyitah hampir mengaku kalah dan menyerah kepada keinginan Firaun karena sangat sayang kepada anaknya. Tetapi dengan kehendak Allah, terjadi kejadian yang luar biasa. Secara tiba-tiba bayi tersebut dengan fasih berkata: "Wahai ibuku! Teruskanlah dan jangan menyerah kalah, sesungguhnya engkau di jalan yang benar."
Masyitah dan keluarganya mempertahankan keimanan mereka dengan mengatakan ''Allah Tuhan Yang Esa dan Firaun hanya manusia biasa''. Lalu semuanya syahid dibunuh oleh Firaun. Keberanian seorang wanita memperjuangkan kebenaran dan keimanan ini diperingati setiap tahun oleh seluruh manusia melalui peristiwa Isra dan Mi'raj. Semua anggota keluarga Masyitah mendapat balasan syahid dari Allah karena mempertahankan akidah hingga mati.
Wanita durhaka
Dalam perjalanan tersebut, Baginda juga diperlihatkan tentang 10 jenis siksaan yang menimpa wanita hingga Rasulullah SAW menangis setiap mengenangnya.
Di antaranya tentang (1) perempuan yang digantung dengan rambut dan otak di kepalanya mendidih. Mereka adalah perempuan yang tidak mau melindungi rambutnya dari pandangan lelaki lain.
Siksaan lain yang diperlihatkan kepada Baginda adalah (2) perempuan yang digantung dengan lidah, (3) tangannya dikeluarkan dari punggung, dan (4) minyak panas dituangkan ke dalam kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang suka menyakiti hati suami dengan perkataan.
Baginda juga melihat bagaimana (5) perempuan digantung buah dadanya dari arah punggung dan air pohon zakum dituangkan ke dalam kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang menyusui anak orang lain tanpa izin dari suaminya. Ada pula (6) perempuan yang diikat kedua kakinya serta kedua tangannya sampai ke ubun-ubun, dililit oleh beberapa ekor ular, dan kalajengking. Mereka adalah perempuan yang mampu shalat dan berpuasa tetapi tidak mau mengerjakannya, tidak wudhu dan tidak mau mandi junub. Mereka sering keluar rumah tanpa izin suaminya dan tidak mandi bersuci setelah haid dan nifas.
Baginda lalu melihat (7) perempuan yang makan daging tubuhnya sendiri sedangkan di bawahnya ada api yang menyala. Mereka adalah perempuan yang berhias agar dilihat oleh lelaki lain dan suka menceritakan keburukan orang lain.
(8) Baginda juga melihat perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka. Mereka adalah perempuan yang suka membanggakan diri sendiri agar orang melihat perhiasannya.
Siksaan lain yang dilihat oleh Baginda adalah (9) perempuan yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya seperti keledai. Mereka adalah perempuan yang suka mengadu domba dan sangat suka berdusta.
Ada juga (10) perempuan yang Baginda lihat, wajahnya berbentuk anjing dan beberapa ekor ular serta kala jengking masuk ke dalam mulutnya lalu keluar melalui duburnya. Mereka adalah perempuan yang suka marah kepada suaminya dan memfitnah orang lain. ( RioL)
SEKEDAR MENGULAS PERISTIWA ISRA’ & MI’RAJ
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Israa’: Ayat 1).
Al- Hambdulillah .......... bentar lagi tanggal 27 Rajab! Moment yang musti kita ingat dan ambil hikmahnya. Apa lagi kalau bukan Isra’ dan Mi’raj nya Rasulullah S.A.W.
Mungkin kita sudah sering memperingati peristiwa yang sangat bersejarah ini. Bahkan, ada sebagian orang yang merasa bosan karena tiap tahunnya tidak ada perubahan dalam memperigatinya. Tapi, satu yang harus kita ingat. Tanggal 27 Rajab adalah penting bagi umat Islam.
Istilah isra’ yang artinya berjalan malam adalah bahasa Al Quran, sedangkan istilah mi’raj yang artinya naik adalah istilah yang dipakai dalam Al Hadits. Namun demikian walaupun mi’raj bukan bahasa Al Quran akan tetapi akar kata tersebut yang dibentuk oleh huruf-huruf ‘ain, ra, dan jim menjadi ‘araja adalah bahasa Al Quran.
Isra Mi’raj merupakan peristiwa perjalanan spektakuler yang pernah dilakukan manusia. Betapa tidak, Rasulullah Muhammad SAW melakukan perjalanan malam hari dan dalam waktu yang amat singkat, yaitu dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Dari Al-Aqsa, Beliau naik ke langit melalui beberapa tingkat, menuju Baitul Makmur, Sidratul Muntaha (tempat tiada berbatas), Arasy (tahta Allah), hingga Beliau menerima wahyu langsung dari Allah SWT tanpa perantaraan malaikat Jibril.
Disebutkan bahwa dalam perjalanan ini, Rasulullah SAW menunggang Buraq yakni satu jenis binatang yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang. Disebutkan pula bahwa Nabi SAW memasuki Masjid Al-Aqsha lalu shalat dua raka’at di dalamnya. Kemudian Jibril datang kepadanya seraya membawa segelas khamr dan segelas susu. Lalu Nabi SAW memilih susu. Setelah itu Jibril berkomentar, “Engkau telah memilih fitrah.” Dalam perjalanan ini Rasulullah SAW naik ke langit pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai ke Sidratul-Muntaha. Di sinilah kemudian Allah SWT mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan di antaranya kewajiban shalat lima waktu atas kaum muslimin, dimana pada awalnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam.
Keesokan harinya Rasulullah SAW menyampaikan apa yang disaksikannya kepada penduduk Makkah. Tetapi oleh kaum musyrikin Makkah berita ini didustakan dan ditertawakan. Sehingga sebagian mereka menantang Rasulullah SAW untuk menggambarkan Baitul Maqdis, jika benar ia telah pergi dan melakukan shalat di dalamnya. Padahal ketika menziarahinya, tidak pernah terlintas dalam pikiran Rasulullah SAW untuk menghafal bentuknya dan menghitung tiang-tiangnya. Kemudian Allah SWT memperlihatkan bentuk dan gambar Baitul Maqdis di hadapan Rasulullah SAW sehingga dengan mudah beliau menjelaskannya secara rinci.
Berita ini oleh sebagian kaum musyrikin disampaikan kepada Abu Bakar dengan harapan dia akan menolaknya. Tetapi ternyata Abu Bakar menjawab, “Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, maka dia telah berkata benar dan sungguh aku membenarkan lebih dari itu.”
Ulasan di atas adalah ulasan yang sering kita dengar dan bersumber dari Al Qur’an dan Hadits. Jadi, sangatlah wajib kita imani.
Bagaimana dengan sumber informasi alam? Ini perlu pembahasan yang lebih panjang dari yang pertama. Untuk dapat mengkaji suatu peristiwa dengan bersumberkan informasi dari alam haruslah memenuhi dua persyaratan. Pertama, harus terbuka dan kedua harus sinambung. Untuk jelasnya, kita ambil contoh burung yang terbang di udara. Untuk dapat mengkaji proses kepak sayap burung yang sementara terbang di udara, haruslah mesti dapat disaksikan oleh semua orang, dapat diobservasi, dapat diamati oleh semua orang yang berkepentingan dalam mengkaji seluk-beluk kepak sayap burung yang mengudara itu. Inilah yang disebut dengan terbuka. Kemudian burung itu selalu sanggup terbang pada waktu yang lalu, waktu sekarang dan insya-Allah waktu yang akan datang. Ini disebut dengan sinambung. Tanpa kedua persyaratan itu, suatu peristiwa tidaklah dapat bersumber informasi dari alam.
Bagaimana dengan peristiwa isra-mi’raj? Tidak terbuka, tidak dapat disaksikan oleh siapapun, kecuali oleh Allah SWT dan para malaikat. Peristiwa itu dapat kita ketahui karena diberitahu oleh Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak sama misalnya dengan peristiwa photosynthesis, kita dapat mengetahuinya melalui wahyu, dan juga dapat diobservasi oleh para pakar yang berkepentingan untuk mengkaji perisitwa itu, artinya terbuka bagi siapa saja yang berkepentingan dan yang mau. Kemudian, peristiwa isra – mi’raj hanya berlaku satu kali dan pemegang peran hanya satu orang yaitu Nabi Muhammad SAW. Artinya peristiwa ini tidak sinambung. Tidak sama misalnya dengan proses photosynthesis, berproses waktu lalu, sekarang dan insya-Allah waktu yang akan datang. Kesimpulannya, alam sebagai sumber informasi tidak dapat dilakukan untuk mengkaji proses isra-mi’raj. Dan itu berarti proses isra- mi’raj tidak mungkin dapat dikaji oleh sains.
Bagaimana dengan sumber informasi sejarah? Sumber informasi ini ada kelemahannya, karena tidak eksak dalam arti sejarah dapat dimanipulasi, dipalsukan oleh penulis sejarah. Hadits-hadits dalam arti sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW termasuk dalam sumber informasi sejarah ini. Hadis-hadispun tidak luput dari pemalsuan. Orang yang mula-mula meletakkan dasar metode pendekatan dalam menyaring hadits-hadits dari pencemaran pemalsuan hadits adalah Imam Bukhari. Hadits-hadits yang luput dari pemalsuan yang disaring oleh Imam Bukhari tersebut dikenal dengan Shahih Bukhari. Metode pendekatan yang dipakai dalam menyaring hadis dari pencemaran pemalsuan, kemudian berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri yang disebut dengan lmu Mushthalah Hadits. Dalam metode ini fokusnya adalah antara lain, kesinambungan yang menyampaikan (sanad) dari Nabi Muhammad SAW sampai kepada perawi hadis (misalnya Imam Bukahri), daya ingat dan inteligensia yang menyampaikan, akhlaq mereka tercakup antara lain sikap, gaya hidup yang tidak urakan. Dan juga yang tidak kurang pentingnya ialah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW bukan hanya melalui satu jalur. Maksudnya pada waktu Rasulullah bersabda dan berbuat disaksikan oleh banyak sahabat, dan setiap sahabat membentuk jalur informasi yang disampaikan kepada perawi secara sinambung. Artinya terdiri atas banyak jalur sebanyak jumlah sahabat yang mendengar ucapan dan melihat perbuatan Rasulullah sendiri. Dan setiap jalur terdapat sanad yang sinambung. Hadits yang demikian itulah yang disebut dengan hadits shahih. Walaupun sanadnya itu sinambung tetapi hanya ada satu jalur saja, hadits yang demikian itu disebut hadits ahad. Hadits shahih adalah sumber sejarah yang eksak, sedangkan hadits ahad tidak dapat dipandang sebagai sumber sejarah yang eksak.
Walhasil, dalam menyampaikan masalah isra’ – mi’raj hendaknya tidaklah memakai sumber informasi dari alam, dan juga tidak mengadakan perbandingan isra-mi’raj dengan proses yang alamiyah. Ingatlah bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW isra-mi’raj tidaklah menempuh alam yang berdimensi ruang-waktu (space-time continuum) melainkan menempuh alam yang bebas dari segala dimensi nisbi, dimensi yang tak sanggup akal manusia membayangkan.
Maka sekali lagi dihimbau, terutama sekali dalam hal isra’ – mi’raj ini, pakailah hanya dua sumber informasi: Wahyu dan sejarah yang eksak, yaitu Al Quran dan Hadits Shahih. Wallahu a’lamu bishshawab.
Daftar Pustaka
Penyusun : Drs. H. IMAM BAEHAQI, MA.
Pondok pesantren Al- Mubarokah Karangmangu Susukanlebak Cirebon.
9 komentar:
Tulisan bagus, tolong juga di koreksi penulisan ayat diatas (surah al isra : 1) kebolak balik..syukron
izin copas
izin copas
makasih infonya :)
OBAT GERD
OBAT ITP
OBAT MIOM AMPUH
SUPLEMEN UNTUK MATA
OBAT KONDILOMA
PENGOBATAN HERBAL ALAMI
OBAT ALAMI TERBAIK
OBAT HERBAL KISTA
OBAT KANKER SERVIKS
OBAT KEPUTIHAN
OBAT ANAK HERBAL
oke terima kasih sangat bermanfaat
http://abdurohmanafandi.com/
Mantap.!!
Maksudnya mantap menghayalnya..
Ha.ha.ha...
Alhamdulillah. Dapat ilmu agama Islam. Terima kasih ustadz.
Contakt 085252154360
Ta'ruju lmalaa-ikatu warruuhu ilayhi fii yawmin kaana miqdaaruhu khamsiina lfa sana [Al-Ma’aarij : 4].
Malaikat- malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun beda dengan 1 hari = 1000 tahun .... kl yg 50000 tahun itu kecepatan Malaikat hal ini di kait kan dengan Isro'Miroj , dulu kan kita tahu nya Nabi naik burroq .... dan ini pun bisa melengkapi dr.Zakir Naik , dia bilang itu miracle keajaiban
Posting Komentar